KOMPOS SI KAYA MANFAAT

SIAPA YANG TIDAK TAHU KOMPOS?
(Sumber gambar. https://www.99.co/)

    Kalau teman-teman di rumah punya sampah sayur dan buah, lebih baik jangan dibuang dulu ke tempat sampah. Dibalik kenampakannya yang sudah tidak segar lagi dan tidak layak dikonsumsi nyatanya mereka malah memberikan manfaat yang lebih untuk kita. Hanya butuh beberapa langkah simple dan niat, kita bisa menyulap mereka jadi kompos yang memiliki banyak manfaat. Saya sendiri terkadang masih sulit untuk memulai sesuatu sendiri, namun hal tersebut bukan karena tidak ada niat, tetapi karena minimnya informasi mengenai apa yang ingin kita cari dan butuhkan. Alhasil saya sendiri sering sekali merasa bingung mengenai apa yang perlu saya lakukan terlebih dahulu, di luar alasan itu saya kira belum ada halangan yang berat jika ingin berusaha dibidang pertanian. 

    Bercocok tanam kini tak jarang jadi hobi yang disukai banyak orang dimasa pandemi ini. Bertani di rumah tentu sangat bermanfaat, selain untuk mengisi waktu luang, hasil dari berkebun dapat dikonsumsi secara pribadi. Kita juga bisa memastikan kalau tanaman yang kita tanam aman dan sehat untuk dikonsumsi, misalnya dengan penerapan pertanian organik yang ramah lingkungan. Bagi teman-teman yang belum pernah mencoba bertani dirumah dan ingin memulainya sekarang, tetapi masih bingung untuk memulainya dari mana. Saya sarankan teman-teman untuk mempersiapkan media tanam dan benih/bibit yang kalian ingin tanam dulu. Ada 3 komposisi campuran bahan yang penting untuk membuat media tanam yaitu, pasir, tanah, dan kompos dengan perbandingan (1 : 1: 1) untuk menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya dan hasil produksinya maksimal. Dua dari tiga bahan tadi tentu teman-teman banyak menemuinya di rumah, lalu kompos bagaimana? Apakah kita harus beli? Jawabannya adalah tidak. Teman-teman bisa membuat kompos teman-teman sendiri dengan bahan-bahan yang ada dirumah. Bingung cara membuatnya? Tenang cara membuatnya sangat mudah, di sini saya akan bagikan tutorial untuk membuat kompos teman-teman sendiri menggunakan sampah sayuran dan buah-buahan yang sudah tidak terpakai di rumah. Kalau membuatnya sendiri teman-teman bisa hemat dan mengurangi sampah, jadi jangan buru-buru dibuang ya sampahnya, bisa saja sampahnya malah memberikan keuntungan untuk teman-teman. Sebelum ke tutorial cara membuat kompos saya akan sedikit menjelaskan tentang apa itu kompos. 

KOMPOS DAN LARUTAN AKTIVATOR
    Kompos adalah salah satu komponen media tanam yang mengandung bahan organik dan digunakan untuk menekan penggunaan pupuk anorganik. Kompos menurut Dewi et al (2007) merupakan salah satu jenis pupuk organik yang dibuat dari sisa bahan organik seperti sisa tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi. Kelebihan dari kompos pada media tanam adalah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Kompos mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanah seperti nitrogen dan fosfat yang umumnya unsur-unsur tadi membentuk senyawa kompleks berupa argon, protein, dan humat yang sulit diserap oleh tanam sehingga dengan adanya kompos tanaman dapat menyerap unsur-unsur hara tadi (Setyotini et al, 2006). Untuk menambah kandungan unsur hara pada kompos biasanya dalam proses pembuatannya ditambah dengan Biofertilizer / bioaktivator/ pupuk hayati yang merupakan campuran bakteri penambat nitrogen bebas, pelarut fosfat, dan jamur pelarut hara, umumnya aktivator yang beredar dipasaran adalah EM4. EM4 memiliki kemampuan untuk menghancurkan bahan organik dalam waktu yang relatif cepat dan memiliki sifat beracun pada hama secara alami. (Simanungkalit et al, 2006). 

    Mikroorganisme yang terkandung dalam EM4 umumnya terdiri atas bakteri fotosentik, bakteri asam laktat seperti Lactobacillus spp, dan yeast dari Saccharomyces spp., selain EM4 dapat digunakan juga bioaktivator mikroorganisme lokal atau MOL. MOL terbuat dari hasil fermentasi dari berbagai bahan di lingkungan sekitar, MOL mengandung mikroorganisme yang sama-sama mampu merombak bahan organik, dapat menjadi agen pengendali hayati, dan mengandung beberapa hormon yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. MOL dapat dibuat dengan memanfaatkan limbah disekitar dengan komponen utamanya berupa bahan organik yang mengandung karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Dalam penelitian Hadiwidodo et al (2018) Pembuatan MOL dengan berbagai jenis daun seperti daun ketapang, mahoni, dan angsana memiliki kandungan C-organik, N total, P total, K total sesuai dengan standart kualitas kompos yang dapat berperan sebagai aktivator pembuatan kompos. Bahan yang dapat dijadikan bahan untuk pembuatan kompos yangada disekitar kita antara lain; pada tanaman dapat berupa jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, dan sabut kelapa; sisa ternak dapat berupa kotoran ternak, urine ternak, dan cairan biogas; tanaman air dapat berupa ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola; sedangkan dari limbah sendiri dapat berupa sisa sayuran yang membusuk, sisa hasil panen, dan pakan ternak yang terbuang. (Sari et al, 2015). 

    Menurut Dewi et al (2007), bahan-bahan tadi dapat mengandung unsur hara sebagai berikut :
(Sumber. Dewi et al, 2007)

Penambahan kompos pada tanah dapat meningkatkan kesuburan dari tanah karena adanya peningkatan bahan organik. Bahan organik pada kompos dapat mengikat partikel dalam tanah, di mana ikatan ini dapat membantu penyerapan air oleh akar tanaman, penetrasi akar pada tanah, dapat membantu aerasi tanah, dan mendukung pertumbuhan tanaman. Pengomposan merupakan proses fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme yang mengubah sampah padat organik menjadi bahan menyerupai humus yang stabil. Proses penguraian ini dapat berlangsung aerobik dan anaerobik tergantung dari metode yang digunakan dan ketersediaan oksigen. Hasil akhir dari pembuatan kompos baik aerobik dan anaerobik adalah, kompos memiliki warna cokelat gelap hingga hitam dan berteksetur remah dan gembur. Pada metode anaerobik proses degradasi bahan organik tidak dipengaruhi oleh keberadaan oksigen dan dibantu oleh adanya mikroorganisme anaerob. Proses pengolahan sampah organik dengan fermentasi anaerob akan menghasilkan produk berupa biogas yang terdiri atas merana, karbondioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S)dan pupuk hayati dengan reaksi sebagai berikut. (Hassan et al, (2017). 

Biomassa (metode anaerob) _> CH4 + CO2 + H2 + NH3 + hasil kompos 
(Hassan et al, (2017). 

Berdasarkan hasil penelitian Hassan et al (2017) menunjukkan bahwa pemberian kompos anaerob dari bahan organik berupa campuran kotoran sapi dan sisa buah semangka pada tanaman efektif menghasilkan rendemen 83,35% (N : 25mg/l, P2O5; 5,3mg/l, dan K2O : 4,8 mg/l). Adanya kandungan Clostridium, Bacillus, dan Pseudomonas menunjukkan adanya mikroorganisme pada pupuk organik. 



PRAKTIKUM PEMBUATAN KOMPOS
    Praktikum mandiri Acara III ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Oktober 2020 di Jl. Anggur, Klebengan CT8 D4, RT.08/RW.02. Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, pukul 13.00 – 15.00 wib. Metode yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah metode “Pembuatan Kompos Secara Anaerob”. 

Langkah-langkah yang dilakukan antara lain* :

A.    Persiapan Alat dan Bahan

1.      Alat yang digunakan :

·         Ember campur

·         Ember cat tidak terpakai/ wadah penampung lain(bertutup)

·         Pisau

·         Sarung tangan lateks

·         Mangkuk plastik

·         Sendok

·         Pengaduk/ Sekop kecil

2.      Bahan yang digunakan :

·      Aktivator (Larutan EM4)

·      Gula pasir

·      Air

·      Dedak/ bekatul.

·      Bahan baku kompos (limbah sayur, seresah daun kering).


    

Gambar 1. EM4 dan air (dokumentasi pribadi)


    

Gambar 2. Sisa sayuran bahan kompos (dokumentasi pribadi)


    

Gambar3. Seresah daun bahan kompos (dokumentasi pribadi)


    

Gambar 4. Bekatul bahan kompos (dokumentasi pribadi)


    

Gambar 5. alat dan bahan pembuatan kompos (dokumentasi pribadi)


B.     Cara Kerja

· Setelah alat dan bahan disiapkan langkah selanjutnya adalah menyiapkan ember campur

· Limbah sayur sebagai bahan baku kompos dicincang dengan panjang ±<2 cm, setelah tercacah dipindahkan pada ember campur

·  Kemudian ditambahkan dadak pada limbah sayur yang sudah dicacah.

·  Langkah selanjutnya disiapkan larutan activator dengan melarutkan EM4 dengan gula dan air, perbandingan yang digunakan adalah (EM4 : gula : air = 1: 1: 50). Lalu diaduk hingga larutan tercampur.

·  Larutan aktivator kemudian ditambahkan pada campuran bahan kompos dan dedak/bekatul. Ditambahkan hingga kandungan air 30-40% atau tidak mengeluarkan air ketika diremas.

· Agar kompos berwarna agak kecoklatan ditambahkan seresah daun kering yang sudah diremukkan.

·  Campuran kompos kemudian dimasukkan dalam wadah ember cat yang sudah tidak terpakai, disimpan/dipertahankan pada suhu 40-50ºC dengan cara diaduk dan ditutup.

· Setelah umur tujuh hari, ember dibuka dan diaduk kembali untuk meratakan kompos sekaligus mengecheck apakah sudah hancur atau belum kompos yang dibuat.

·  Check kembali ketika umur kompos 14 hari, jika setelah 2 minggu teksture kompos sudah remah dan tidak berbau menyengat maka kompos sudah matang.


Gambar Dokumentasi Proses pembuatan Kompos

 Gambar 6. persiapan bahan pembuatan kompos (dokumentasi pribadi)



Gambar 7. Pencampuran bekatul, EM4, dan sayuran (dokumentasi pribadi)

Gambar 8. Penyimpanan kompos pada ember simpan. (dokumentasi pribadi)

Gambar 9. Hasil kompos selama 14 hari


Dokumentasi Video Praktikum dan Pengamatan 2 Minggu


DAFTAR PUSTAKA

Dewi, C. M., D. M. Mirasari, Antaresti,& W. Irawati. 2007. Pembuatan kompos secara aerob dengan bulking agent sekam padi. Jurnal Widya Teknik. 6(1) : 21-31.

 

Hadiwidodo, M., E. Sutrisno, D. S. Handayani, & M. P. Febriani. 2018. Studi pembuatan kompos padat dari sampah daun kering TPST UNDIP dengan variasi bahan mikroorganisme lokal (MOL) daun. Jurnal Presipitasi - Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan. 15(2): 79 - 85.

 

Hassan, U. D. & S. Abdulsalam. 2017. Assesmenet of Bio-fertilizer quality of anaerobic digestion of watermelon peels and cow dung. Journal of Chemical and Biomolecular Enginering - Science Publising Group. 2(3) : 135 -141. 

 

Sari, F. P., D. Hendrawan, & D. Indrawati. 2015. Pengaruh penambahan bioaktivator pada proses dekomposisi sampah organik secara anaerob. Jurnal Teknik Lingkungan. 7 (2): 57-66. 

 

Setyotini, D. R., & Saraswati, dan Anwar, E. K. 2006. Kompos. Jurnal Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. 2(3), 11-40.

 

Simanungkalit, R. D. M., Didi, A. S., Rasti, S., Diah, S., & Wiwik, H. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian danPengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Jawa Barat. 
 


Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Theophrastus sang "Bapak Botani"

Pertumbuhan Tanaman Sawi pada Perlakuan Tanah Sawah dan Tegalan