Pertumbuhan Tanaman Sawi pada Perlakuan Tanah Sawah dan Tegalan

PENDAHULUAN 

     Tanaman sawi merupakan salah satu komoditas sayur yang paling banyak dikonsumsi dan mudah dibudidayakan di Indonesia. Produksi sawi di Indonesia sendiri sering mengalami fluktuasi, berdasarkan hasil data dari Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI tahun 2008-2011 secara berturut-turut 565.636 ton (2008), 562.838 (2009), 583.770 ton (2010) dan 580.969 ton (2011). Naik turunnya produksi sawi ini dapat diakibatkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal, namun faktor yang menyumbang kerugian paling besar adalah adanya serangan OPT yang berakibat pada penurunan hasil panen. Baik faktor internal maupun faktor eksternal yang mempengaruhi penurunan hasil produksi tetap bisa diupayakan adanya pencegahan dan pengendalian. Hal yang bisa diupayakan dapat berupa penggunaan benih sawi yang tahan terhadap serangan OPT, menggunakan sistem pertanian yang tepat sesuai lingkungan, melakukan perawatan dan pengendalian tanaman budidaya, penggunaan media tanam yang sesuai (penambahan jerami dapat meningkatkan unsur hara N, P, K), serta pemberian irigasi yang teratur. Kendala yang sering dialami petani selama penanaman tanaman budidaya adalah rendahnya kandungan bahan organik pada tanah yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak berlangsung secara optimal di mana hasil produksi menjadi menurun (Sutanto, 2005). 

     Tanaman memerlukan pasokan hara dan air agar dapat melakukan fotosintesis, faktor lingkunganpun berperan penting dalam persediaan unsur hara dalam tanah. Demi meningkatkan daya dukung lahan maka perlu diadakan pengendalian dan pengolahan lahan, misalnya untuk menurunkan kemungkinan tanaman mengalami kekurangan air kita perlu mengatur teknik pengairan tanah, untuk menghindari kehilangan air akibat penguapan perlu dilakukan manajemen dan pengolahan tanah pada tanaman, dan penambahan pupuk organik pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik yang mengandung kompos berperan dalam memasok bahan organik pada tanah dengan meningkatkan aktivitas mikroba tanah yang menyebabkan kesuburan tanah meningkat. (Kholidin et al, 2016). Penggunaan pupuk organik memberikan kelebihan yaitu perbaikan fisik dan kesuburan tanah. Menurut hasil penelitian Nursanti (2009) mengenai pengaruh pemberian pupuk kandang (kambing) 4kg terhadap petak lahan berukuran 2 x 2 m menghasilkan tanaman sawi yang memiliki batang tumbuh tinggi, jumlah daun yang banyak, dan memiliki daun dengan luas permukaan paling tinggi, tanaman juga memiliki berat panen yang tinggi. Media tanam tumbuhan tentunya memiliki peran yang sangat penting dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup tanaman budidaya seperti, dukungan mekanik sebagai empat berjangkarnya akar (menopang tumbuhnya tanaman), menyediakan ruang agar akar dapat tumbuh dan berkembang, serta menyediakan unsur hara untuk respirasi, air dan hara bagi keperluan metabolisme tumbuhan (Putri & Nurhasybi 2010). Media tanam dengan komposisi yang tepat dapat meningkatkan efisiensi pertumbuhan tanaman. Umumnya terdapat tiga aspek penting dan satu aspek pendukung yang mempengaruhi efisiensi pemberian pupuk pada lahan, antara lain adalah dosis pupuk, waktu, jenis pupuk, serta teknik aplikasi. 

KESUBURAN TANAH 

     Kesuburan tanah merupakan potensi atau kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman baik dalam bentuk tersedia dan seimbang demi menjamin pertumbuhan dan produksi dari tanaman dari aktifitas fisiologi dapat berjalan dengan optimum dan maksimal Anna et al (1985) dalam Pinatih et al (2015). Umumnya tanah yang digunakan pada budidaya tanaman pertanian akan memiliki kandungan unsur hara yang berbeda tergantung dari kondisi lingkungan, topografi, dan faktor eksternal dari tanaman budidaya. Maka dari itu untuk memperoleh hasil produksi tanaman yang optimal petani perlu memperhatikan faktor-faktor eksternal tadi. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal ditentukan dari kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara, terkadang unsur hara ini tidak dapat terpenuhi atau tersedia dalam tanah secara alami, sehingga petani perlu manambahkan bahan-bahan tertentu untuk menambah kandungan organik dan hara tanah. Penggunaan lahan secara terus-menerus tanpa meninjau ketepatan manajemen hasil pertaniannya dapat menyebabkan penurunan unsur hara pada tanah. Berkurangnya unsur hara dalam tanah berakibat pada ikut menurunnya kesuburan tanah, pemberian pupuk pada tanah dapat dijadikan upaya peningkatan kandungan hara. Selain penambahan pupuk dapat juga dilakukan pengolahan tanaman yang tidak dipanen dengan menjadikannya menjadi humus. Status kesuburan tanah kemudian dijadikan sebagai poin penilaian kesuburan dari tanah melalui penilaian evaluasi status kesuburan hara dengan uji tanah. Pengukuran kesuburan tanah ini dapat melalui beberapa metode seperti pengukuran sifat-sifat kimia tanah sebagai parameter kesuburan tanah. (Pinatih et al, 2015). Status kesuburan dari tanah akan dibatasi oleh dua faktor pembatas yaitu rendahnya C-organik dan P-total. Rendahnya P mengindikasi rendahnya fosfat tanah yang menandakan perlu diadakan pemupukan pada tanah.

METODE – PENGAMATAN PERTUMBUHAN KOMODITAS SAWI

Praktikum mandiri Acara 1 ini dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Oktober 2020 di Jl. Anggur, Klebengan, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, pukul 10.00 – 11.30 wib. Metode digunakan untuk praktikum kali ini adalah metode “Mengamati Pertumbuhan Komoditas (menanam)” dengan komoditas yang digunakan adalah Sawi.

**Langkah-langkah yang dilakukan antara lain**

A.    Persiapan Alat dan bahan

Persiapan mencari tanah dilaksanakan 2 hari.

·         Bahan :

1.      Tanah sawah

2.      Tanah tegalan

3.      Benih Sawi

4.      Kompos

5.      Pasir

6.      Air

·         Alat :

1.      Sekop kecil

2.      Polybag

3.      Plastic

4.      Label dan alat tulis

5.      Gayung

6.      Ember

            B. Cara kerja

Setelah alat dan bahan disiapkan kemudian langkah selanjutnya adalah pembagian proporsi perlakuan media tanam, perlakuan menggunakan dua jenis tanah dengan berbagai dosis, sebagai berikut :

1.      Perlakuan I (tanah : kompos : pasir) = 1:1:1

2.      Perlakuan II (tanah : kompos) = 2 : 1

3.      Perlakuan III (tanah full)

Sehingga ada 6 polybag yang dibutuhkan.

Langkah-langkah :

·         Setelah media tanam disiapkan, kemudian dimasukkan kedalam polybag. 

·         Polybag diberi label sesuai dengan perlakuan media tanam yang diberikan (6 buah)

·         Media tanam dalam polybag kemudian dibasahi dengan sedikit air

·         Kemudian benih sawi ditanam dengan cara disebarkan.

·         Tanaman kemudian disiram setiap dua hari sekali hingga umur 1 minggu, 

·         Seletah satu minggu, tanaman dijarangi dan dipilih yang terbaik, yang nantinya diamati selama 5 minggu kedepan.

·         Parameter pengamatan yang perlu diamati antara lain :

1.      Tinggi tanaman

2.      Jumlah daun

3.      Panjang akar (pada minggu terakhir).


PEMBAHASAN DAN HASIl PENGAMATAN

    Tanah sawah memiliki ciri utama yaitu tanahnya yang selalu tergenang air, tanah selalu dalam keadaan basah karena adanya pengelolaan dan perlakuan, berupa pemupukan dan pengairan yang teratur. Pengairan lahan sawah biasanya diperoleh dari aliran air sungai di daerah sekitar lahan, namun tak memungkiri untuk beberapa kasus irigasi lahannya diperoleh dari air tadah hujan. Irigasi dengan memanfaatkan air tadah hujan tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya juga, hal yang paling sering dialami bagi petani lahan tadah hujan adalah ketidak cukupan air karena hujan yang tidak menentu. Alhasil petani mau tidak mau perlu membuat saluran irigasi cadangan untuk memasok kebutuhan air lahan. Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diamati berdasarkan tabel dibawah ini bahwa hasil panen sawi menunjukkan bahwa sawi yang ditanam pada tanah tegalan memiliki jumlah daun lebih banyak, batang tanaman lebih tinggi, dan akarnya lebih panjang dibandingkan sawi yang ditanam pada tanah sawah. Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan setiap satu minggu sekali dengan rincian pengamatan sebagai berikut. 

Tabel. 1. Tinggi Rata-Rata Tanaman - Pengamatan per Minggu 

(dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang)

Tinggi Rata-Rata Tanaman

Minggu 1 (21 Oktober 2020)

Minggu 2 (28 Oktober 2020)

Minggu 3

(4 November 2020)

Minggu 4 (11 November 2020)

Minggu 5

(18 November 2020)

Sawi Tanah Tegalan

Perlakuan I

2,2 cm

 7 cm

 10,5 cm

12,5 cm

 14 cm

Perlakuan II

2,2 cm

 6 cm 

10 cm

 13 cm

 15 cm

Perlakuan III

1,4 cm

6,5 cm 

 9 cm

 13 cm

 13 cm

Sawi Tanah sawah

Perlakuan I

2,5 cm

4 cm 

 10,3 cm

11,7 cm

12 cm

Perlakuan II

2,4 cm

 4 cm

 10,8 cm

 11,3 cm

12 cm 

Perlakuan III

2 cm

3,3cm  

 8 cm 

9,7 cm

 10,3 cm


Tabel 2. Jumlah Daun Rata-Rata Tanaman - Pengamatan per Minggu

Jumlah Daun Rata-Rata

Minggu 1 (21 Oktober 2020)

Minggu 2 (28 Oktober 2020)

Minggu 3

(4 November 2020)

Minggu 4 (11 November 2020)

Minggu 5

(18 November 2020)

Sawi Tanah Tegalan

Perlakuan I

2

 6

 6

Perlakuan II

2

 3

 6

Perlakuan III

2

 4

 4

Sawi Tanah sawah

Perlakuan I

2

 3

 5

Perlakuan II

2

 5

 6

 5

Perlakuan III

2

 4

 5

 5

 5

Pada minggu ke dua dan ketiga tanaman sawi baik yang ditanam di media tanah tegalan dan sawah, keduanya terserang hama berupa ulat. 

Tabel 3. Panjang Akar Tanaman (di Akhir minggu)

Jumlah Daun Rata-Rata

Minggu 1 (21 Oktober 2020)

Minggu 2 (28 Oktober 2020)

Minggu 3

(4 November 2020)

Minggu 4 (11 November 2020)

Minggu 5

(18 November 2020)

Sawi Tanah Tegalan

Perlakuan I


 

 

 

4,5 cm

Perlakuan II


 

 

 

4,5 cm

Perlakuan III


 

 

 

 6 cm

Sawi Tanah sawah

Perlakuan I


 

 

 

 3,5 cm 

Perlakuan II


 

 

 

 3 cm

Perlakuan III


 

 

 

 3 cm

   

Gambar 1. Hasil akhir tanaman sawi tanah tegalan. 
(dari kiri ke kanan, perlakuan I, II, III)

Gambar 2. Hasil akhir tanaman sawi tanah sawah
(dari kiri ke kanan, perlakuan I, II, III)

    Hasil ini akhir dari pengamatan menunjukkan bahwa sawi yang ditanam pada lahan tegalan tumbuh lebih lebat dan besar dibanding yang ditanam di sawah. Hal ini diduga karena sifat tanah sawah yang kurang subur dibanding tanah tegalan. Pada praktikum ini tanah sawah diambil di daerah Sleman (atas) Yogyakarta dan tanah tegalan diambil di daerah Condongcatur. Kedua daerah tadi memiliki kecenderungan memiliki jenis tanah yang sama, namun sifat dari tanah tiap daerah tentu memiliki perbedaan tersendiri, yang tergantung dari perlakuan/perawatan yang diberikan oleh petani pada lahannya. Tanah sawah bisa tidak subur dikarenakan adanya beberapa sifat tanah yang kurang cocok untuk tanaman, misalnya tanah yang terlalu masam. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lantoi et al (2016) dimana tanah sawah biasanya memiliki pH yang lebih rendah dibanding tanah tegalan, rendahnya pH ini diduga disebabkan oleh adanya penggunaan pupuk berlebih maupun pemberian bahan organik melebihi dosis, sehingga tanah memiliki pH asam serta kondisi basah oleh intensitas pengairan memberikan pengaruh tidak langsung pada proses pembusukan bahan organik tanah yang meningkatkan kandungan asam. Pada beberapa penelitian mengenai kualitas tanah, tanah sawah menunjukkan sifat kurang sehat sampai dengan sehat karena pH tanahnya yang bersifat masam pHnya berada disekitar 4,5–6,5. Sifat pH tanah juga menunjukkan sifat kimia lain juga seperti ketersediaan unsur hara P, kation-kation basa dan masih banyak lagi. 


VIDEO PERSIAPAN PRAKTIKUM + PRAKTIKUM MENANAM SAWI

PRAKTIKUM 1 - KESUBURAN TANAH



**Lampiran Foto Progress Praktikum**





** Lampiran Foto Pengamatan Perminggu**
Gambar 1. Minggu Pertama Tanah Tegalan
(dari kiri ke kanan perlakuan III, II, I).

Gambar 2. Minggu pertama tanah sawah 
(dari kiri ke kanan perlakuan III, II, I).

Gambar 3. Minggu ke dua tanah tegalan perlakuan II
(pada minggu ini dilakukan penjarangan)

Gambar 4. Minggu ke dua tanah sawah perlakuan II
(pada minggu ini kemudian dilakukan penjarangan)

Gambar 5. Minggu ke tiga tanah tegalan 
(dari kiri ke kanan perlakuan III, II, I)

Gambar 6. Minggu ke tiga tanah sawah 
(dari kiri ke kanan perlakuan III, II, I). 

Gambar 7. Tanaman terserang hama (Tanah sawah perlakuan II)
Pada minggu ke dua menuju tiga tanaman sawi terserang hama, ulat Plutella xylostella
yang menyebabkan tanaman sawi mengalami kehilangan daun. 

Gambar 8. Tanaman terserang hama (Tanah tegalan perlakuan II)
Pada minggu ke dua menuju tiga tanaman sawi terserang hama, ulat Plutella xylostella
yang menyebabkan tanaman sawi mengalami kehilangan daun. 

Gambar 9. Ulat Plutllea xylostella memakan daun sawi
 hingga menyisakan tulang daun saja

Gambar 10. Ulat Plutllea xylostella memakan daun sawi
 hingga menyisakan tulang daun saja. 

Gambar 11. Pada minggu terakhir tampak 
sisa bercak serangan hama pengorok daun pada daun sawi. 


Daftar Pustaka

 

Kholidin, M., A. Rauf, & H. N. Barus. 2016. Respon pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (Brassica juncea L.) terhadap kombinasi pupuk organik, anorganik dan mulsa di Lembah Palu. Jurnal Agrotekbis 4 (1) :1- 7. 

 

Lantoi, R. R., S. Darman, & Y. S. Patadungan. 2016. Identifikasi kualitas tanah sawah pada beberapa lokasi di Lembah Palu dengan metode skoring lowery. Jurnal Agroland. 23(3) : 243-250. 

 

Nursanti, D.F. 2009. Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi caisim. Jurnal Agronobis. 1(1): 89-98. 

 

Pinati, I. D. A. P., T. B. Kusmiyarti, & K. D. Susila. 2015. Evaluasi status kesuburan tanah pada lahan pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan. E-Jurnal Agroekoteknologi. 4(4) : 282-292. 

 

Putri. K. P & Nurhasybi. 2010. Pengaruh Jenis Media Organik terhadap Kualitas Bibit Takir. J. Penelitian Hutan Tanaman. 7(3) : 1-11. 

 

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisuis. Yogyakarta.


Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Theophrastus sang "Bapak Botani"

KOMPOS SI KAYA MANFAAT